Selasa, 05 Mei 2015

AKUN TWITTER @PSSI_FAI


Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia, disingkat PSSI, adalah organisasi induk yang bertugas mengatur kegiatan olahraga sepak bola di Indonesia. PSSI berdiri pada tanggal 19 April 1930 dengan nama awal Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia. Ketua umum pertamanya adalah Ir. Soeratin Sosrosoegondo.

PSSI bergabung dengan FIFA pada tahun 1952, kemudian dengan AFC pada tahun 1954. Ketua Umum PSSI saat ini adalah La Nyalla Mahmud Mattalitti.

PSSI ini memiliki beberapa akun sosial media yang cukup dikelola dengan baik. Salah satu di antaranya yang paling aktif adalah akun twitter dengan username @PSSI_FAI. Setelah ini akan dianalisa dan dibahas lebih dalam mengenai akun tersebut.

Gambar 1. Profil Depan Twitter @PSSI_FAI


Analisa akun twitter @PSSI_FAI :

1. Konten Tweet
Jika diamati konten/isi dari tweet @PSSI_FAI, dapat dilihat bahwa konten yang berisi informasi penting untuk masyarakat yang ingin mengetahui perkembangan  sepak bola Indonesia. Selain itu juga terdapat konten yang berisi balasan mention yang masuk dari masyarakat ke akun twitter @PSSI_FAI.

Gambar 2. Konten Informasi


Gambar 3. Konten balasan


2. Keaktifan
Jika diamati dari keaktifan akun @PSSI_FAI mengupdate tweet, maka akun ini dinilai merupakan akun yang aktif. Bisa dikatakan seperti itu karena dalam seharinya paling tidak ada lebih dari 10 tweet yang telah terupdate yang berisi baik hanya sekedar informasi penting untuk masyarakat maupun balasan mention dari admin kepada masyarakat.

Gambar 4. Beberapa tweet dari @PSSI_FAI



3. Tanggapan Kasus
Dalam menanggapi kasus, akun @PSSI_FAI  tidak secara langsung menanggapinya di twitter melalui kicauannya. Namun, akun @PSSI_FAI membantu menyebarkan informasi mengenai tanggapan kasus yang sumbernya langsung dari website PSSI dan disebar melalui link seperti http://pssi.org/in/read/PSSI/PSSI-Sampaikan-Surat-FIFA-Tanpa-Kembali-Ditemui-Menpora-6814

 Gambar 5. Tanggapan kasus



4. Respon Keluhan/Mention dari Masyarakat
Dalam menanggapi respon keluhan atau mention dari masyarakat, akun @PSSI_FAI merupakan akun yang kurang responsif. Dapat dikatakan seperti itu karena dalam membalas keluhan yang masuk hampir semua hanya di Retweet..

                                                    Gambar 6. Respon dari masyarakat

Kesimpulan : Pada akun pemerintahan seperti ini seharusnya dalam menanggapi komentar/keluhan dari pada masyarakat Indonesia seharusnya mention yang masuk ke akun tersebut diharapkan untuk membalas setiap mention tersebut tidak hanya Retweet saja. 

Sumber :

Constructive Cost Model (COCOMO)

Constructive Cost Model (COCOMO) sebuah model algoritma estimasi biaya perangkat lunak yang didesain oleh Barry Boehm untuk memperoleh perkiraan dari jumlah orang-bulan yang diperlukan untuk mengembangkan suatu produk perangkat lunak.
Model ini menggunakan rumus regresi dasar, dengan parameter yang berasal dari data historis dan karakteristik proyek proyek saat ini. Satu hasil observasi yang paling penting dalam model ini adalah bahwa motivasi dari tiap orang yang terlibat ditempatkan sebagai titik berat. Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan dan kerja sama tim merupakan sesuatu yang penting, namun demikian poin pada bagian ini sering diabaikan.
Sejarah Singkat COCOMO
COCOMO pertama kali diterbitkan pada tahun 1981 Barry Boehm W. ’s Book ekonomi Software engineering sebagai model untuk memperkirakan usaha, biaya, dan jadwal untuk proyek-proyek perangkat lunak. Ini menarik pada studi dari 63 proyek di TRW Aerospace mana Barry Boehm adalah Direktur Riset dan Teknologi Perangkat Lunak pada tahun 1981. Penelitian ini memeriksa proyek-proyek ukuran mulai dari 2.000 sampai 100.000 baris kode, dan bahasa pemrograman mulai dari perakitan untuk PL / I. Proyek-proyek ini didasarkan pada model pengembangan perangkat lunak waterfall yang merupakan proses software umum pembangunan di 1981.

Referensi untuk model ini biasanya menyebutnya COCOMO 81. Pada tahun 1997 COCOMO II telah dikembangkan dan akhirnya diterbitkan pada tahun 2000 dalam buku Estimasi Biaya COCOMO II Software dengan COCOMO II. adalah penerus dari COCOMO 81 dan lebih cocok untuk mengestimasi proyek pengembangan perangkat lunak modern. Hal ini memberikan lebih banyak dukungan untuk proses pengembangan perangkat lunak modern, dan basis data proyek diperbarui. Kebutuhan model baru datang sebagai perangkat lunak teknologi pengembangan pindah dari batch processing mainframe dan malam untuk pengembangan desktop, usabilitas kode dan penggunaan komponen software off-the-rak. Artikel ini merujuk pada COCOMO 81.

Model Jenis COCOMO Ada tiga model cocomo, diantaranya ialah:

1. Dasar Cocomo

 Dengan menggunakan estimasi parameter persamaan (dibedakan menurut tipe sistem yang berbeda) upaya pengembangan dan pembangunan durasi dihitung berdasarkan perkiraan DSI.

Dengan rincian untuk fase ini diwujudkan dalam persentase. Dalam hubungan ini dibedakan menurut tipe sistem (organik-batch, sebagian bersambung-on-line, embedded-real-time) dan ukuran proyek (kecil, menengah, sedang, besar, sangat besar).
Model COCOMO dapat diaplikasikan dalam tiga tingkatan kelas:

* Proyek organik (organic mode) Adalah proyek dengan ukuran relatif kecil, dengan anggota tim yang sudah berpengalaman, dan mampu bekerja pada permintaan yang relatif fleksibel.
* Proyek sedang (semi-detached mode)Merupakan proyek yang memiliki ukuran dan tingkat kerumitan yang sedang, dan tiap anggota tim memiliki tingkat keahlian yang berbeda.
* Proyek terintegrasi (embedded mode)Proyek yang dibangun dengan spesifikasi dan operasi yang ketat.

2. COCOMO Menengah (Intermediet COCOMO)

Intermediate COCOMO menghitung usaha pengembangan perangkat lunak sebagai fungsi ukuran program dan sekumpulan “cost drivers” yang mencakup penilaian subjektif produk, perangkat keras, personil dan atribut proyek. Ekstensi ini mempertimbangkan satu set empat “cost drivers”, masing-masing dengan sejumlah atribut anak:
A. Atribut produk (product attributes)
  • Perangkat lunak yang disyaratkan reliabilitas (RELY)
  • Ukuran database aplikasi (DATA)
  • Kompleksitas produk (CPLX)

B. Hardware atribut (computer attibutes)
  • Run-time kinerja kendala (TIME)
  • Memori kendala (STOR)
  • Volatilitas lingkungan mesin virtual (VIRT)
  • Diperlukan waktu pembalikan haluan (TURN)

C. Personil atribut (personnel attributes)
  • Analis kemampuan (ACAP)
  • Kemampuan rekayasa perangkat lunak (PCAP)
  • Aplikasi pengalaman (AEXP)
  • Mesin virtual pengalaman (VEXP)
  • Bahasa pemrograman pengalaman (LEXP)

D. Proyek atribut
  • Penggunaan perangkat lunak (MODP)
  • Penerapan metode rekayasa perangkat lunak (TOOL)
  • Diperlukan jadwal pengembangan (SCED)


3. Model COCOMO Detail ( COCOMO Advanced )

  Dalam hal ini adalah rincian untuk fase tidak diwujudkan dalam persentase, tetapi dengan cara faktor-faktor pengaruh dialokasikan untuk fase. Pada saat yang sama, maka dibedakan menurut tiga tingkatan hirarki produk (modul, subsistem, sistem), produk yang berhubungan dengan faktor-faktor pengaruh sekarang dipertimbangkan dalam persamaan estimasi yang sesuai. Selain itu detail cocomo dapat menghubungkan semua karakteristik versi intermediate dengan penilaian terhadap pengaruh pengendali biaya pada setiap langkah (analisis, perancangan, dll) dari proses rekayasa PL.


Sumber :

OPEN SOURCE SOFTWARE

Open Source Software adalah software yang membuka/membebaskan source codenya untuk dilihat oleh orang lain dan membiarkan orang lain mengetahui cara kerja software tersebut dan sekaligus memperbaiki kesalahan atau kekurangan pada software tersebut. Salah satu keunggulannya Open source software dapat diperoleh dan digunakan secara gratis tanpa perlu membayar lisensi. Pada umumnya orang mendapatkan software ini dari internet.Pola Open Source lahir karena kebebasan berkarya, tanpa intervensi berpikir dan mengungkapkan apa yang diinginkan dengan menggunakan pengetahuan dan produk yang cocok. Kebebasan menjadi pertimbangan utama ketika dilepas ke publik. Komunitas yang lain mendapat kebebasan untuk belajar, mengutak-ngatik, merevisi ulang, membenarkan ataupun bahkan menyalahkan, tetapi kebebasan ini juga datang bersama dengan tanggung jawab, bukan bebas tanpa tanggung jawab.

Adapun keuntungan dan kerugian dalam menggunakan software open source, yaitu :

A. Keuntungan Menggunakan Software Open Source :

 1. Bebas biaya tambahan.
Open source membebaskan kita dari biaya lisensi karena ia bersifat GNU/GPL (General Public License) yang justru membolehkan kita untuk menggunakan, mempelajari dan memodifikasi serta menyebarluaskan untuk umum. Apalagi untuk sebuah perusahaan besar yang juga menggunakan resource besar. Penggunaan software yang terlalu banyak pasti juga akan menambah biaaya/cost yang besar hanya untuk membeli software. Padahal dengan menggunakan open source biaya itu bisa ditekan seminimal mungkin.

2. Membebaskan dari beban moral pembajakan.
Dengan menggunakan open source kita dapat mengurangi tingkat pembajakan software berlisensi yang bisa merugikan vendor software dan merupakan beban moral bagi para pengguna software bajakan (crack).

3. Transfer knowledge.
Open source yang bersifat terbuka dan dapat kita pelajari source codenya bisa kita jadikan referensi, khususnya bagi seseorang yang bergelut dengan dunia IT. Tidak mustahil jika ternyata muncul software yang lebih handal daripada software-software berlisensi. Saat ini pembajakan software yang paling besar menimbulkan kerugiannya adalah pembajakan terhadap sistem operasi. Memang, sistem operasi Microsoft Windows yang sebagian orang masih menganggap sangat mahal nmerupakan sasaran pertama dalam pembajakan software. Sementara itu, aplikasi-aplikasi lain yang digunakan dalam dunia bisnis kini juga marak dibajak, seperti Microsoft Office, Adobe Photoshop, Corel Draw, Adobe Premiere Pro dan lain sebagainya. Pembajakan yang dilakukan memang ada yang disengaja dan ada yang tidak.

Ada pula yang kurang memahami antara membeli software dan membeli lisensi software. Hal inilah yang perlu diluruskan. Sebagian orang mempunyai pemahaman bahwa membeli lisensi software sama seperti membeli barang, setelah ia membeli, ia berhak untuk melakukan apapum terhadap barang itu, padahal yang dimaksud sebenarnya adalah ia hanya membeli lisensi dari software terserbut dimana is dilarang untuk menjual software tersebut. Kendala yang lain yang cukup berat adalah meniggalkan software yang notabene sudah digunakan setiap hari dan mencoba belajar lagi dengan software open source. Ketika masih menggunakan Windows98 atau WindowsME atau yang bersi lainnya, mungkin setelah muncul versi WindowsXP banyak yang berbondong-bondong untuk mengupgrade komputernya dengan versi Windows terbaru yaitu WindowXP (yang generasi selanjutnya muncul Windows Vista dan Windows 7).

B. Kerugian Menggunakan Open Source :

Beberapa karakteristik yang menyebabkan Open Source model mendapatkan keuntungan :

1. Tidak ada garansi dari pengembangan
 Biasanya terjadi ketika sebuah project dimulai tanpa dukungan yang kuat dari satu atau beberapa perusahaan, memunculkan celah awal ketika sumber code masih mentah dan pengembangan dasar masih dalam pembangunan.

2. Masalah yang berhubungan dengan intelektual property
 Pada saat ini, beberapa negara menerima software dan algoritma yang dipatentkan. Hal ini sangat sulit untuk diketahui jika beberapa motede utama untuk menyelesaikan masalah software di patenkan sehingga beberapa komunitas dapat dianggap bersalah dalam pelanggaran intelektual property.

3. Kesulitan dalam mengetahui status project

Tidak banyak iklan bagi open source software, biasanya beberapa project secara tidak langsung ditangani oleh perusahaan yang mampu berinvestasi dan melakukan merketing.


Sumber: